Penerapan kebijakan belajar dari rumah atau school from home (SFH) sudah berjalan selama kurang lebih lima bulan. Anak sebelumnya banyak menghabiskan waktu di sekolah, kini harus melakukan kegiatan belajar melalui daring, tidak terkecuali balita yang sudah masuk TK atau PAUD.
Dalam kondisi ini, tak sedikit anak yang ternyata uring-uringan dan rewel saat diajak untuk belajar secara daring. Semangatnya pun lebih berkurang dibandingkan ketika belajar secara tatap muka di sekolah.
Psikolog anak dan keluarga Efnie Indrianie menjelaskan bahwa pada tahap balita, anak sedang berada pada fase sensorik motorik. Artinya, mereka baru menganggap sesuatu ada ketika mereka bisa melihat dan menyentuh secara langsung. “Kalau (kelas) secara virtual, mereka melihat itu tidak nyata, sehingga membuat mereka menjadi tidak nyaman. Belum lagi, balita hanya bisa fokus sekitar 5 menit. Kalau dipaksa berlama-lama ikut kelas online, tidak akan kuat,” ujar Efnie dikutip dari keterangan pers Gue Sehat yang diterima Bisnis, Kamis 13 Agustus 2020.
Selain itu, anak juga menganggap rumah sebagai comfort zone alias zona nyamannya sehingga anak akan berperilaku semaunya dan terkadang sulit terkendali. Apalagi pada masa ini, stimulasi sentuhan fisik yang nyata juga dibutuhkan. “Jadi ketika tidak bisa merasakan suasana kelas, duduk di kursi, melihat gurunya, serta berinteraksi dengan teman-teman sebayanya secara langsung, anak jadi sulit beradaptasi,” tambahnya.
Hal senada disampaikan oleh Tety, salah satu pengajar di Sekolah RA Nurul Hidayah Pakulonan, Serpong, Tangerang Selatan. Menurutnya, pada anak usia dini metode pembelajaran akan lebih efektif melalui tatap muka. “Kalau tatap muka, mereka bisa bersosialisasi dengan teman-temannya. Tapi kalau di rumah kan sama orang tua. Orang tua pun terkadang tidak seperti ibu guru cara belajarnya,” ujar Tety.
Untuk berkompromo dengan anak, Efnie menyarankan agar pada orang tua dapat menciptakan memori yang positif dalam benak anak. Jangan sampai ketika mengingatkan anak waktu kegiatan belajar tiba, ekspresi ibu terlihat mengerikan dan intonasi suara meninggi. “Yang ada, situasi menjadi tegang dan membuatnya stres serta uring-uringan,” katanya.
Selain itu, orang tua juga harus memaklumi jika anak hanya fokus sekian menit. Jangan langsung dibentak, dimarahi, atau membuatnya jera. Tetaplah dampingi dan berikan imbauan kepada anak dengan lembut, sehingga terbentuk kenyamanan serta memori belajar daring menjadi positif dan menyenangkan. “Orang tua juga boleh-boleh saja mengiming-imingi anak dengan hadiah jika mengikuti kegiatan belajar. Namun, jangan langsung diberikan, melainkan menggunakan sistem poin. Baru diberikan jika anak berbuat baik selama seharian penuh, tidak hanya ketika mau bersekolah saja,” katanya.
Di akhir pekan, poin bisa ditukar dengan hadiah, tetapi pilihan hadiah sudah ditentukan oleh Mums. Hindari memberikan hadiah yang bersifat mahal atau spektakuler. Cukup berikan mainan yang bersifat edukatif atau makanan favoritnya.
Komentar